Postingan

The Last of Us

 Akhirnya sampai pada masa dimana, apapun keadaannya "yaudah mau gimana lagi", asal semua bahagia. terimakasih atas konsistensinya, aku belajar banyak dari itu, terlebih lagi aku mulai jenuh bertengkar dengan ego sendiri. pesan terakhirku : untukmu yang terpatahkan, mungkin kamu tak akan membaca tulisanku ini. semoga segala doa sampai untuk kebahagiaanmu. satu hal belum pernah berubah, kamu masih tak pernah aku benci. berbahagialah dengan nyata dan jangan lagi terluka.

Nikmat?

Rintik hujan turun ditemani sepinya malam dan di selimuti sendu tanpa asa. Ada emosi yang mendesak hati tanpa alasan dan muncul tiba-tiba tanpa mengundang tanda atas kehadirannya. Bukan hanya ini saja emosi itu hadir, bahkan di segala situasi terkadang ia hadir tanpa permisi. Tak ayal jika aku melabelkan diriku sebagai 'Pendosa Yang Bodoh', sebab emosi itu kerap bertolak belakang dengan segala perilaku ku. Namun, aku selalu menyikapinya dengan rasa syukur tanpa tepi dan tapi. Semoga sujudku menjadi bukti atas rasa syukurku itu, dan kala itu terbesitlah sebuah akad yang sedikit liar dihadapanNya. 'aku rela jika Engkau cabut segala nikmatku, termasuk nikmat cintaku padanya, asal jangan Kau cabut nikmat mahabbahku kepadaMu dan rasulMu'. Tanpa sadar, tiap aku berAkad padaNya tentang hal ini, air mata ku mengalir dengan ikhlas. Dari ku, pendosa yang selalu berdo'a Dariku, si lemah yang mencoba istiqomah Dariku, si faqir yang selalu berikhtiar

Bukan sebatas do'a

Tiap malam Aku mengukir do'a Mengharap rahmat Allah dan Orang tua Malam sunyi mengalir syahdu Meski aku yakin, ini tak akan menggetarkan Arsy-Mu Air mata mengalir sematamata karenanya Sebagai saksi bahwa ada lelaki yang mengaguminya Namun, angin berhembus pelan Mengisyaratkan harapan yang terabaikan Terlepas itu, aku selalu yakin bahwa Rahmat-Mu melebihi Takdir-Mu, itu yang membuat aku terus berdoa tanpa ada rasa putus asa.

Sepertiga Malam

Gambar
Aku mungkin belum paham untuk menyimpan rasa diam-diam, memendam kagum dalam-dalam, mengusir bayang jauh-jauh dan melepas cemburu mentah-mentah. Hingga akhirnya Allah memberi aku remidi, bukan berarti aku gagal sepenuhnya. Tapi, agar aku paham seutuhnya. Pada malam yang hening ini, khayalku tak lepas dari sesosok insan yang sangat mencintai tuhannya, tergaja lisannya, terpelihara pandangan serta pendengarannya dan bahkan istiqomah hatinya . Namun, seringkali aku tersadar siapa diriku ini? Pantaskah aku mengagumi bahkan mencintainya? Diheningnya malam, aku hanya terpaku meratapi fitrahku ini seraya berharap dialah pendampingku. Diheningnya malam, aku selalu bercerita dan berharap akan ketidakmungkinan ini. Diheningnya malam, aku sisipkan namamu didalam doa dan sujud-ku. Satu pesanku padamu, "ikhlaskanlah fitrah ini, kaitkan Allah didalamnya dan perlu diingat bahwa ada sebuah hati yang sedang berikhtiar disini"